Kamis, Juli 30, 2009

Kajian Maurice Bucaille dan Dampaknya

KAJIAN MAURICE BUCAILLE DAN DAMPAKNYA
TERHADAP AKADEMISI DI BARAT

Machnun Husein


Buku The Bible, The Qur’an and Science, karya Dr. Maurice Bucaille dari Perancis sudah lama diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan tersebar luas. Apakah buku itu berdampak atau tidak terhadap para pakar dan ilmuwan kita di Indonesia tampaknya sulit diketahui. Yang jelas, buku yang ditulisnya berdasarkan hasil penelitiannya selama sepuluh tahun itu ternyata sangat berpengaruh di kalangan akademisi di Barat.
Beberapa saat setelah terbitnya buku tersebut, Bucaille yang dokter ahli bedah itu, dalam pidatonya di depan Akademi Kedokteran Perancis pada tahun 1976 menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan al-Qur’an ternyata benar-benar sesuai dengan temuan-temuan sains moderen. Dalam forum tersebut dia mengemukakan hasil-hasil kajiannya bahwa al-Qur’an antara lain berisi pernyataan-pernyataan mengenai fisiologi dan reproduksi. Dengan terheran-heran dia bertanya, “Bagaimana mungkin sebuah teks yang dihasilkan pada saat turunnya al-Qur’an sekitar empat belas abad yang lalu berisi gagasan-gagasan yang baru ditemukan kebenarannya pada masa moderen.”
**
Beberapa dasawarsa setelah terbitnya buku itu seorang ahli embryologi dari Canada, Keith L. Moore, setelah mempelajari pernyataan-pernyataan al-Qur’an mengenai fase-fase pembentukan embryo dari sperma laki-laki dan sel telur perempuan hingga terbentuknya janin, menyatakan sangat gembira dapat menjelaskan pernyataan-pernyataan al-Qur’an mengenai perkembangan manusia itu. Dia mengemukakan temuan-temuannya itu kepada para ilmuwan dalam berbagai konperensi yang kemudian disebarluaskan dalam berbagai jurnal di Canada. Bahkan lebih dari itu, dia juga mengemukakannya dalam tiga kali siaran televisi di mana dia sekali lagi mengungkapkan kesesuaian sains moderen dengan apa yang dikemukakan dalam al-Qur’an lebih dari empat abad yang lalu itu. Ketika ditanya, “Apakah berarti anda percaya bahwa al-Qur’an adalah firman Allah?” dia menjawab singkat, “Sama sekali tidak sulit bagi saya untuk mengiyakannya.”
Apa yang ditemukannya itu kemudian diungkapkannya secara lebih rinci dalam bukunya, The Developing Human: Clinically oriented Embryology with Islamic additions (WB Saunders, 1987), yang kemudian digunakan juga sebagai buku ajar d Amerika Serikat. Buku ini juga dilengkapi dengan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis yang terkait dengan masing-masing perkembangan embryo itu dan juga dilengkapi dengan klasifikasi menurut kedua sumber tersebut.
**
Guru besar lainnya dari Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas Chiang Mei, Thailand, Prof. Tejatet Tejase, setelah mempelajari pernyataan-pernyataan al-Qur’an itu juga menyatakan: “Dari kajian saya dan apa yang saya dapat dari konperensi ini saya percaya bahwa semua yang dinyatakan dalam al-Qur’an 1.400 tahun yang lalu itu adalah benar. Hal itu dapat dibuktikan secara ilmiah.” Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh guru besar dan ketua jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia, Amerika Serikat, E. Marshal Johnson. Dia mengatakan: “Al-Qur’an tidak hanya menggambarkan perkembangan bentuk lahiriahnya saja tetapi juga menekankan fase-fase internalnya – fase-fase di dalam penciptaan dan perkembangan embryonya, dengan menekankan beberapa peristiwa penting yang diakui oleh sains kontemporer….”
Menurut Johnson, sebenarnya Islam dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk kepada sains dan ilmuwan dengan membubuhkan wahyu itu ke dalam ancangan-ancangan ilmiah tradisionalnya … Sebab ada pernyataan-pernyataan dalam al-Qur’an yang dibuktikan keabsahannya beberapa abad kemudian yang mendukung pengetahuan dalam al-Qur’an itu.
Lebih menarik lagi adalah pernyataan Prof. T. V. N. Persaud, guru besar dan ketua jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi, Universitas Manitoba, Canada. “Nabi Muhammad itu buta huruf,” demikian katanya, “ … kita berbicara tentang masa 1.400 tahun yang lalu, dan sekarang kita mendapati orang buta huruf itu mengemukakan pernyataan-pernyataan yang secara mengherankan ternyata tepat, mengenai sifat ilmiah … Saya secara pribadi tidak dapat mengerti bagaimana hal ini dianggap sekedar kebetulan, di mana terdapat banyak ketepatan-ketepatan itu. Karenanya, sebagaimana Dr. Moore, sama sekali tidak sulit bagi saya untuk mengakui bahwa ini adalah inspirasi atau wahyu Tuhan yang membimbing Nabi Muhammad untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan ini.”
**
Apa yang dikemukakan di atas sebenarnya hanya respon-respon para akademisi terhadap sebagian saja dari isi buku Maurice Bucaille itu, yakni tentang embryologi dan reproduksi. Buku Bucaille itu sebenarnya juga berbicara tentang bidang-bidang lain, seperti fisika, astrofisika, geofisika, botani, zoologi, dan sebagainya. Selain itu ia juga sekaligus memberikan penilaian terhadap Kitab Beibel dan perbandingannya dengan al-Qur’an mengenai sains moderen itu. Memang al-Qur’an tidak sekedar berisi perintah-perintah, larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku manusia terhadap Tuhan dan sesama makhluk-Nya. Ia juga berisi keterangan-keterangan tentang sains, yang sayang sekali kurang mendapakan perhatian para pengkaji dan penafsir al-Qur’an, khususnya dari kalangan [ilmuwan] Muslim sendiri. Sebuah kenyataan yang layak disesali dan direnungkan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar